Kasus bakteri pemakan daging atau nekrotisasi fasciitis di Jepang mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2024

Bakteri pemakan daging yang dikenal dengan nama bakteri nekrotisasi fasciitis (Necrotizing Fasciitis) adalah infeksi bakteri yang sangat serius dan dapat mengancam nyawa. Infeksi ini menyebabkan kematian jaringan tubuh yang cepat dan sering disebut sebagai “bakteri pemakan daging.”


Di Jepang, kasus nekrotisasi fasciitis umumnya disebabkan oleh bakteri jenis Streptococcus grup A, namun bisa juga disebabkan oleh bakteri lain seperti Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens, Escherichia coli, dan beberapa bakteri anaerob lainnya.


Faktor Risiko:

1. Luka terbuka atau cedera kulit.

2. Sistem kekebalan tubuh yang lemah.

3. Penyakit kronis seperti diabetes atau penyakit hati.

4. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti steroid.


Gejala:

1. Nyeri intens yang tidak sesuai dengan luka atau infeksi kulit yang terlihat.

2. Pembengkakan dan kemerahan pada area yang terkena.

3. Kulit terasa hangat saat disentuh.

4. Gejala flu seperti demam, lemas, dan mual.

5. Perubahan warna kulit, lepuh, dan nekrosis (jaringan mati).


Pengobatan:

1. Pembedahan segera untuk mengangkat jaringan yang terinfeksi dan mati.

2. Antibiotik intravena dosis tinggi.

3. Perawatan intensif di rumah sakit untuk mendukung fungsi organ tubuh.


Kasus bakteri pemakan daging perlu penanganan medis segera untuk mencegah penyebaran infeksi yang lebih luas dan komplikasi serius. Di Jepang, seperti di banyak negara lain, rumah sakit dan fasilitas medis memiliki protokol ketat untuk menangani kasus nekrotisasi fasciitis.


Pencegahan infeksi ini meliputi menjaga kebersihan luka, menghindari kontak dengan air kotor atau sumber infeksi potensial, dan segera mencari perawatan medis jika ada tanda-tanda infeksi serius.

Mashadifx

Kapan pertama kali kasus bakteri ini ditemukan?Nekrotisasi fasciitis, yang sering disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus grup A, pertama kali dideskripsikan secara rinci oleh seorang ahli bedah militer bernama Joseph Jones pada tahun 1871. Jones mendokumentasikan kasus-kasus penyakit ini selama Perang Saudara Amerika dan menggambarkannya sebagai “gangrene hospital,” yang sekarang dikenal sebagai nekrotisasi fasciitis.


Meskipun penyakit ini sudah ada dan tercatat dalam berbagai bentuk sepanjang sejarah, pemahaman yang lebih dalam tentang penyebab bakteri dan mekanisme penyakit ini baru berkembang seiring dengan kemajuan dalam mikrobiologi dan kedokteran pada abad ke-20. Penemuan antibiotik dan peningkatan dalam teknik bedah telah meningkatkan kemampuan untuk mengobati infeksi ini, meskipun tetap menjadi kondisi yang sangat serius dan membutuhkan penanganan segera.

Dilansir dari (https://medicalxpress.com/news/2024-04-strep-cases-rare-fatal-infection.html)

Kasus bakteri pemakan daging atau nekrotisasi fasciitis di Jepang mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2024. Dalam enam bulan pertama tahun ini, lebih dari 1.000 kasus sindrom syok toksik streptokokus (STSS), yang sering dikaitkan dengan nekrotisasi fasciitis, dilaporkan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes (grup A Streptococcus)  .


STSS dan nekrotisasi fasciitis adalah kondisi yang sangat serius dan memerlukan penanganan medis segera. STSS bisa menyebabkan gejala seperti demam, nyeri otot, mual, dan dalam kasus yang parah dapat menyebabkan kegagalan organ dalam waktu 24 hingga 48 jam setelah gejala muncul  .


Meskipun alasan pasti peningkatan kasus ini belum jelas, beberapa ahli menduga bahwa pelonggaran pembatasan COVID-19 dan perubahan perilaku kebersihan mungkin berkontribusi pada penyebaran bakteri ini  .


Penting bagi masyarakat untuk tetap waspada, menjaga kebersihan diri, dan segera mencari bantuan medis jika ada gejala infeksi serius.

Mashadifx

Apakah bakteri ini dapat menular?

Dilansir dari (https://www.independent.co.uk/news/health/stss-japan-flesh-eating-bacteria-b2566698.html)

Nekrotisasi fasciitis, yang sering disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes (grup A Streptococcus), adalah infeksi serius yang dapat menular melalui kontak langsung dengan luka terbuka atau kulit yang rusak. Bakteri ini dapat menyebar dari orang ke orang melalui:


1. Kontak langsung dengan luka atau cairan tubuh yang terinfeksi: Jika seseorang menyentuh luka terbuka atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi tanpa perlindungan yang tepat, bakteri dapat berpindah ke orang tersebut.

2. Kontak dengan benda terkontaminasi: Bakteri juga bisa menyebar melalui benda yang telah terkontaminasi oleh cairan tubuh orang yang terinfeksi, seperti handuk atau peralatan medis.

3. Droplet respiratory: Dalam kasus tertentu, bakteri dapat menyebar melalui tetesan pernapasan (droplet) ketika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin, meskipun ini lebih jarang terjadi dibandingkan dengan kontak langsung dengan luka.

Infeksi ini lebih mungkin terjadi pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, mereka yang memiliki luka terbuka, atau mereka yang memiliki kondisi medis kronis seperti diabetes. Penting untuk segera mencari perawatan medis jika ada tanda-tanda infeksi serius, seperti nyeri yang tidak biasa, pembengkakan, atau kemerahan di sekitar luka.

Halaman utama

Artikel serupa

No comments

Powered by Blogger.